Dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur)
Bangkalan, Radar.-
Sosok
Pratanu atau lebih dikenal dengan Panembahan Lemah Duwur adalah putera
Raja Pragalba. Dia dikenal sebagai pendiri kerajaan kecil, yang berpusat
di Arosbaya. Masyarakat Bangakalan menokohkan Pratanu sebagai penyebar
agama Islam yang pertama di Madura. Bahkan, putera Pragalba ini
disebut-sebut sebagai pendiri masjid pertama di Madura. Selain itu,
Pratanulah yang mengawali hubungan dengan daerah lain, yaitu Pajang dan
Jawa.
Perjalanan
sejarah Bangkalan tidak bisa dilepaskan dengan munculnya kekuasaan di
daerah Plakaran, yang selanjutnya disebut dengan Kerajaan Plakaran.
Kerajaan ini diperkirakan muncul sebelum seperempat pertama abad 16,
yakni sebelum penguasa Madura barat memeluk Islam.
Plakaran
diawali dengan kedatangan Kiyai Demung dari Sampang. Dia adalah anak
dari Aria Pujuk dan Nyai Ageng Buda. Setelah menetap di Plakaran, Kiyai
Demung dikenal dengan nama Demung Plakaran. Dia mendirikan kraton di
sebelah barat Plakaran atau sebelah timur Arosbaya, yang dinamakan Kota
Anyar (Pa’ Kamar 1951: 113).
Sepeninggal Demung Plakaran, kekuasaan dipegang oleh Kiai Pragalba, anaknya yang nomor lima.
Pragalba mengangkat dirinya sebagai Pangeran Plakaran dari Arosbaya.
Selanjutnya meluaskan daerah kekuasaannya hingga hampir seluruh Madura.
Paragalba
mempunyai tiga orang istri. Pratanu adalah anak dari istri ketiganya.
Semasa kekuasaan Pragalba inilah agama Islam mulai disebarkan di Madura
barat, yang dilakukan oleh para ulama dari Giri dan Gresik.
Penyebarannya meliputi daerah pesisir pantai sekitar selat Madura pada
abad ke-15 (FA Sutjipto Tirtoatmodjo 1983 : 13)
Islam berkembang pesat sejak penyeberannya dilakukan secara teratur oleh Syech Husen dari Ampel (Hamka 1981:137).
Bahkan, ia mendirikan masjid di Arosbaya. Menurut cerita masyarakat
Arosbaya, reruntuhan di sekitar makam Syech Husen adalah masjid yang
didirikannya.
Namun
meski Islam sudah masuk di Madura barat, Pragalba belum memeluk Islam.
Tetapi justru putranya Pratanu yang memeluk agama Islam. Peristiwa
tersebut ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi: Sirna Pandawa
Kertaning Nagara (1450 caka 1528 M).
Peristiwa
tersebut berbarengan dengan pudarnya kekuasaan Majapahit setelah
dikuasai Islam tahun 1527 M. Selain itu, Kerajaan Plakaran mengakui
kekuasaan Demak, sehingga diperkirakan penerimaan Islam di Madura
bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Majapahit.
Menjelang wafat, Pragalba masuk Islam dengan menganggukkna kepala, karena itu dia mendapat sebutan Pangeran Onggu’ (mengangguk, Red). Sepeninggalnya, Pratanu naik tahta dengan gelar Panembahan Lemah Dhuwur. Itu terjadi pada tahun 1531-1592.
Di
masa pemerintahan Lemah Dhuwur inilah pusat pemerintahan Plakaran
dipindahkan ke Arosbaya. Karena itu, dia mendapat julukan sebagai
pendiri Kerajaan Arosbaya. Lemahlah Dhuwur yang mendirikan kraton dan
masjid pertama di Arosabaya.
Selama
masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur, kerajaan Arosbaya telah
meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura barat, termasuk
Sampang dan Blega. Panembahan lemah Duwur mengawini putri Triman dari
Pajang.
Ini
juga menjadi bukti bahwa Lemah Duwur adalah penguasa Madura pertama
yang menjalinm hubungan dengan Jawa. Berdasarkan Tutur Madura Barat,
Rafless mengatakan bahwa Lemah Dhuwur adalah penguasa terpenting di
daerah Jawa Timur pada masa itu.
Selanjutnya
kekuasaan Arosbaya dipegang oleh putranya yang bernama Pangeran Tengah,
hasil perkawinannya dengan puteri Pajang. Pangeran Tengah berkuasa
tahun 1592-1620. Di masa pemerintahan Pangeran Tengah terjadi peristiwa
terkenal yang disebut dengan 6 Desember 1596 berdarah, karena saat itu
telah gugur dua orang utusan dari Arosbaya yang dibunuh oleh Belanda
yaitu Patih Arosbaya Kiai Ronggo dan Penghulu Arosbaya Pangeran Musarip.
Sejak
peristiwa itulah Arosbaya menyatakan perang dengan Belanda. Pangeran
Tengah meninggal tahun 1620. Makamnya terletak di kompleks makam Syech
Husen, dan sampai sekarang dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
Pengganti
Pangeran Tengah adalah adiknya yang bernama Pangeran Mas, yang berkuasa
tahun 1621-1624. Sebetulnya yang berhak berkuasa adalah putra Pangeran
Tengah yang bernama Pangeran Prasena. Namun karena masih kecil, dia
diwakili oleh pamannya.
Di
masa pemerintahan Pangeran Mas terjadi peristiwa penyerangan Sultan
Agung ke Arosbaya pada tahun 1624. Itulah yang menyebabkan jatuhnya
kerajaan Arosbaya. Sedang Pangeran Mas melarikan diri ke Demak dan
Pangeran Prasena dibawa oleh juru kitting ke Mataram.
Peperangan
antara Mataram dan Arosbaya yang berlangsung pada hari Minggu 15
September 1624 tersebut, memang patut dikenang sebagai perjuangan rakyat
Madura. Tentara madura yang berjumlah 2.000 orang melawan 50.000 orang
tentara Mataram, Saat itu Mataram harus membayar mahal, karena mereka
telah kehilangan panglima perang tertingginya, Tumenggung Demak dan
kehilangan 6.000 prajurit.
Saat itu laki-laki dan wanita Arosbaya berjuang bersama bahu membahu maju kemedan pertempuran. Ada sebuah kisah menarik di sini. Dikisahkan saat di medan
perang ada beberapa prajurit lelaki yang mengeluh karena luka berat.
Tetapi katika para wanita melihat luka tersebut terdapat dibagian
belakang, para wanita tersebut menusuk prajurit tadi hingga tewas.
’’Lukanya
di bagian belakang, artinya prajurit itu telah berbalik lari, hingga
dilukai di bagian punggungnya oleh musuh, mereka pengecut dalam,’’ demikian kata-kata para wanita Arosbaya.
di kutip dari: http://permenkaretmolor.multiply.com/journal/item/185/Kisah-tentang-sebagian-catatan-Madura-dan-penduduknya
0 komentar:
Posting Komentar